Million Star
Jumat, 31 Maret 2023
Bagian Keempat : Fix The Puzzle
Senin, 13 Maret 2023
Bagian Ketiga : Official Romance
Rabu, 08 Februari 2023
Bagian Kedua: Adaptasi
aku kira pertemuan di tempat ngopi itu adalah yang terakhir, ternyata Tuhan punya cara lain untuk mempertemukan manusia satu dengan yang lain. Meskipun bukan pertemuan tatap muka secara langsung, tapi melalui sebuah obrolan pada postingan teman di media sosial. Awalnya hanya saling membalas dengan kocak, hingga tidak terasa komentar di postingan mencapai 100 lebih obrolan. Jika memori ini tidak salah menyimpan, aku dan dia akhirnya memiliki obrolan secara personal. Perkenalan seperti biasa, dan aku tahu akan mengarah kemana obrolan kita saat itu. Tidak lain adalah tentang teman dekatku karena sejak obrolan personal itu, dia jadi tahu bahwa aku adalah teman dekat orang yang dia suka. Satu dua pertanyaan aku jawab, obrolan cukup panjang, dan tidak disangka dia meminta nomorku. Obrolan yang cukup panjang dan menyenangkan meskipun kurang nyaman buatku dengan konteks obrolannya. Paling tidak itu sudah lebih dari cukup, bahkan bonus dia simpan nomorku. Tidak lama dia menghubungiku dan dari sana kita mulai intens saling berkomunikasi.
Meskipun obrolan hanya tentang orang yang dia suka paling tidak hal itu yang membuat aku dan dia terhubung, agak menyedihkan sebenernya. Dia begitu dekat tapi masih terasa jauh, seringnya aku menahan rasa tidak nyaman saat dia mulai membicarakan temanku dengan begitu bahagia. Bukan aku tak bahagia untuknya tapi tidak bisa dipungkiri perasaan ini menolak untuk ikut bahagia. Aku sempat ingin menghindarinya, karena jika diteruskan aku tahu ini akan semakin sakit. Hanya saja saat itu aku tidak bisa menghindar begitu saja. Aku tahu saat itu temanku sudah memiliki orang lain yang disuka dan aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada dia. Aku hanya berusaha netral tanpa memihak pada siapapun, biar dia tahu dengan sendirinya. Aku tidak mau menjadi orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aku memang menyukainya tapi sekalipun aku ingin perasaan ini dibalas bukan dengan cara yang licik.
Mulai saat itu aku dan dia menjadi semakin dekat, aku merasa bahwa aku tidak salah menjadikan dia orang yang aku suka, menjadikan dia orang yang punya tempat istimewa dihati ini. Setiap obrolan yang kita buat selalu terasa pas, nyambung, dan nyaman. Pernah satu waktu di kampus ada pertunjukan seni, aku coba ajak dia untuk datang, dan dia bersedia. Kita datang ke pertunjukan tersebut, akhirnya aku bisa sedekat ini dengannya. Duduk di sampingnya, dia melihat ke arah panggung sedangkan aku hanya asik melihat wajahnya, ini seperti sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Meskipun tidak bisa selalu melihat wajahnya saat itu, tapi aku cukup senang dengan berada disampingnya. Andai waktu bisa dihentikan sebentar saja aku ingin merekam kejadian saat itu dan menyimpannya dalam folder khusus dan aku tandai dengan nama "special person". Momen berikutnya datang lagi, dimana malam itu aku sedang rapat kelompok untuk tugas kampus. Tiba- tiba ada pesan masuk darinya, tertulis bahwa dia bertanya apa aku sudah makan, jika belum dia ingin mengajakku untuk makan bersama. Mendapat pesan singkat dan pertanyaan seperti itu siapa yang tidak bahagia, dengan semangat aku balas pesan dan mengiyakan ajakannya. Dia bilang untuk bertemu di lesehan dekat bundaran DPR tepatnya di dekat warnet, ada sebuah warung nasi goreng yang sebelumnya sudah pernah dia ceritakan. Segera aku kesana, datang, duduk pas di sampingya. Setelah duduk dan pesanan datang aku nikmati sepiring nasi goreng hongkong yang dia pesan untukku, ternyata benar apa yang dia bilang nasi gorengnya enak. Entah karena memang mas yang jual pinter masak, atau karena orang disebelahku yang buat nasi gorengku jadi makin enak. Belum juga aku selesai makan, tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung plastik hitam. Sebuah kaos warna hitam dengan tulisan nama sebuah brand clothing yang jika satu huruf dibelakang dihilangkan maka akan menjadi nama orang yang dia suka. Aku yang awalnya antusias sekita mood drop, tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat itu. Aku ingin marah tapi tidak punya alasan yang masuk akal untuk marah. Aku hanya sedikit protes "ooo jadi karna ini aku disuruh kesini, hahaha, dapet aja" aku memang tertawa saat itu, tapi hanya untuk mengurangi kedongkolanku karena kaos itu. Nasi goreng yang aku pikir bisa habis, nyatanya nggak bisa lagi masuk ke mulut. Segera aku berpamitan karena alasan tugas kelompok yang lebih tepatnya karena aku kesal melihat barang yang dia bawa, tapi bagaimanapun juga aku nggak bisa salahin dia, karena dia tidak tahu bagaimana sebenarnya. Bisa jadi itu adalah momen yang paling menyebalkan selama aku kenal dia.
Bisa dekat dengannya dan segala keunikan, khayalan, pemikiran, mimpi yang dia punya buat aku semakin yakin bahwa aku tidak salah meletakan hati. Meskipun aku tahu dia tidak mudah digapai, atau memang bukan buat aku, tapi biarlah hari-hari berikutnya aku tetap bisa berada disampingnya. Pernah juga ada momen saat aku sedang sibuk mempersiapkan tugas kampus di sebuah gedung yang cukup dekat dengan tempat tinggalnya. Aku hanya bercanda saat itu, aku bilang padanya kalau dia bisa mendatangiku dan membawa makanan ringan. Tidak disangka dia benar datang dengan membawa dua kotak terang bulan mini. Saat itu aku di dalam gedung, seorang teman tiba-tiba memanggilku, katanya ada orang yang mencariku. Bergegas keluar gedung, aku melihatnya berdiri diluar dengan membawa bungkusan ditangannya, tersenyum dan menghampirinya dengan begitu malu, tidak enak karena bercandaanku dijadikan serius olehnya. Saat itu aku sangat senang, dia mendatangiku bahkan membawa makanan buat aku, bukan cuma buat aku tapi juga teman-temanku. Terima kasih mas, ini sangat berarti besar buat aku.
Gedung lokasi dia membawa makanan |
aku yang berharap bisa terus ada di dekatnya lama-lama runtuh juga, aku semakin ciut karena dia masih membicarakan teman dekatku. Kuputuskan untuk tidak lagi menghubunginya, dan itu cukup lama. Dia yang tidak tahu alasan kenapa aku bersikap seperti itu, menjadi bingung dan berusaha menghubungiku melalui personal chat di media sosial. Pesan masuk awalnya aku enggan untuk menanggapi karena aku tahu akhirnya hanya akan seperti kemarin, hanya tentang orang yang dia suka sedangkan aku sudah tidak punya ruang untuk mendengarkan hal itu. Aku coba pikir ulang dan berkomunikasi kembali, dari sana semua dimulai. Kita berkomunikasi lagi, dia bercerita bahwa sepertinya sudah tidak ada kesempatan untuknya dengan teman dekatku, karena melihat sikap temanku yang tidak memberikan respon yang baik. Setelah aku dengar ceritanya, aku putuskan untuk berkata jujur, apa yang sebenarnya terjadi dengan sikapku sebelumnya. Aku ceritakan bagaimana awal aku melihatnya, apa yang aku rasakan ketika dulu dia tidak sadar dengan kehadiranku, tentang aku yang tidak nyaman ketika dia menceritakan temanku, dan selama apa aku berusaha mencarinya. Dia cukup terkejut dengan apa yang aku ceritakan saat itu, dia bilang kenapa aku tidak pernah menceritakan soal ini dari awal padanya. Sayangnya tidak semudah itu, aku bisa melihat bagaimana matanya saat menceritakan temanku dengan begitu antusias dan bahagia. Semenjak aku ceritakan semuanya, dia mulai berbeda, dan kita memiliki kedekatan yang berbeda juga dari sebelumnya tapi lebih ke hal yang baik.
Itu bukan pengakuan cinta yang sebenarnya, aku hanya ingin dia tahu bagaimana dia dimataku, aku ingin dia tahu bahwa selama ini aku mencarinya dan itu cukup buat aku. Pengakuan mungkin cara untuk kita jujur, bukan untuk orang lain tapi lebih untuk diri sendiri. Aku percaya kalau kita bisa jujur dengan apa yang kita rasakan, kita akan tahu baiknya dibawa kemana perasaan ini. Sekalipun hal itu adalah sebuah keputusan yang menyakitkan, paling tidak kita sudah berusaha dan berani menunjukan perasaan itu.
Senin, 06 Februari 2023
Bagian Pertama : First Sight and Crush
Bagaimana caramu menjelaskan tentang seseorang yang begitu istimewa. Seperti apa rasanya pandangan pertama ? lalu pertanyaan apalagi berikutnya. Aku dengan berbagai pertanyaan dan dia yang memiliki semua jawaban. Sebenernya aku tahu harus mulai dari mana tapi ternyata untuk kembali ke massa itu cukup sulit. Ini bukan hanya soal rasa sakit yang aku beri untuk dia tapi rasa sakit karena menyakitinya. Mungkin agak aneh, ketika merasa sakit tapi tetap menyakiti.
Bulan Ramadhan sore itu yang bingung karena mencari toilet kosong, berakhir di lapangan basket karena seorang kenalan kakak kelas yang juga teman kakakku, kita mengobrol sambil aku memantau dari jauh kira-kira toilet mana yang sepi. Aku sebagai murid di kelas X saat itu memiliki kewajiban untuk mengikuti kegiatan Pondok Ramadhan di sekolah kurang lebih selama tujuh hari, karena sertifikat dari kegiatan tersebut menjadi salah satu syarat lulus sekolah. Sore itu selagi mengobrol, aku lihat ada beberapa orang berkumpul membicarakan sesuatu. Aku sempat dengar cerita tentang mereka, satu kelompok yang cukup terkenal di kalangan siswa, guru, apalagi di kalangan anak-anak ekstrakurikuler. Memang yang aku tahu orang-orang seperti mereka bisa datang kesekolah untuk membantu kegiatan disekolah. Kita biasa menyebutnya purna, tapi kelompok mereka isinya bukan cuma purna tapi juga ada orang-orang yang bahkan masih aktif di ekstrakurikuler, mereka menyebut diri mereka dengan IBLO (Ikatan Bocah Lali Omah). Tunggu dulu ini bukan cerita tentang mereka, tapi ada salah satu dari mereka yang berhasil mengalihkan perhatian dari antusiasku memantau toilet. Saat kulihat gerombolan itu ada satu laki-laki dengan bentuk wajah yang kecil, warna bola matanya tampak berbeda meskipun aku melihatnya hanya dari kejauhan, raut wajah yang terlihat dingin tapi saat tersenyum dia menunjukan kesederhanaan dan itu membuatku ikut tersenyum, dalam hati "siapa dia ?". Tiba-tiba tersadar saat teman disebelahku mulai menariku untuk segera beranjak karena waktu terbatas. Aku harus segera mengikuti kegiatan selanjutnya, tapi saat itu pandanganku masih melihat kearahnya, aku belum tahu siapa dia, atau bahkan siapa namanya. Aku juga belum pernah dengar sosok tentang dia sebelumnya dikalangan teman-teman ekstra, saat itu hanya sebatas tahu wajahnya dan aku berusaha menyimpan memori tentang bagaimana bentuk wajahnya, jika suatu hari nanti dipertemukan lagi aku bisa tahu bahwa itu dia. Seperti itukah jatuh cinta pada pandangan pertama? entalah terlalu awal untuk mengatakan bahwa itu adalah jatuh cinta, tapi hari itu aku merasa banyak bunga dikepalaku.
Setelah hari itu aku tidak pernah lagi melihatnya, bahkan setelah naik ke kelas XI aku masih tidak tahu siapa dia. Biasanya jika ada diklat ekstra para purna datang untuk support kegiatan, misalnya hari dimana aku diklat untuk Organisasi Intra Sekolah. Lihat para purna mulai berdatangan tapi wajahnya tidak nampak hari itu. Kukira hari itu aku bisa melihatnya lagi, dan aku masih tidak tahu bagaimana cara untuk bisa tahu siapa namanya, karena aku hanya mengingat wajahnya. Meskipun coba untuk bertanya pada orang lain akan sulit menjelaskannya. Mulai saat itu sudah tidak lagi berusaha untuk mencari tahu, bukan menyerah hanya saja aku tidak mau terlalu memikirkan hal itu, jika memang waktunya bertemu, maka kita akan dipertemukan meskipun kita nggak tahu kapan waktu itu datang.
Katanya otak manusia bisa menyimpan memori atau ingatan sekitar 2,5 petabyte tapi disini aku tidak bisa mengingat detail bagaimana aku akhirnya tahu siapa namanya. Secara samar-samar mungkin aku bisa ceritakan. Awalnya aku hanya tahu kalau dia adalah sepupu dari kakak kelasku, kita di satu organisasi yang sama, tapi aku tidak bisa bertanya begitu saja waktu itu. Terlalu malu untuk bertanya karena akan sangat terlihat maksud yang sebenernya, aku juga nggak punya alasan yang lebih masuk akal untuk bertanya. Pernah juga satu waktu aku tahu kakak perempuanku memiliki obrolan bersama dia disalah satu media sosial. Aku tidak tahu siapa yang sedang chat dengan kakakku awalnya, karena aku cukup penasaran dengan orang itu. Siapa sih orang yang lagi chat sama kakak perempuanku, sepengetahuanku kakak perempuanku sangat jarang berhubungan dengan laki-laki. akhirnya aku ceklah info profilnya, ternyata yang chat dengan kakaku adalah dia yang selama ini aku cari-cari. Tanpa pikir panjang aku add akun media sosialnya, dan taraaa... kita berteman di media sosial. Gimana happynya aku waktu itu, se happy happnya apalagi saat tahu kalau permintaan untuk berteman di sosmed mendapat persetujuan. Kakakku bisa kenal dengan dia karena mereka disatu ekstra yang sama, jadi wajar jika mereka saling berkomunikasi di media sosial. Meskipun sudah berteman di media sosial dengannya saat itu, tetap tidak bisa dekat begitu saja. Saat ada kegiatan ekstra aku berharap dia akan datang tapi lagi-lagi aku tidak pernah melihatnya. Hingga aku lulus sekolahpun belum juga bisa dekat dengannya. Mungkin ini waktunya untuk berhenti mencarinya, bahkan aktivitasnya di media sosial tidak begitu instens, sehingga sulit membuat alasan untuk sekedar say hello dan berkenalan.
Aku tidak pernah menceritakan bagaimana aku mencari dia pada siapapun, bahkan pada teman terdekat. Hingga satu moment, tiba-tiba aku dihubungi oleh salah satu teman organisasi bahwa akan ada rapat besar para purna semua organisasi, untuk membahas acara reuni akbar. Datanglah aku ke rapat itu, bersama dengan teman dekatku yang juga anak organisasi. Aku sedikit berharap saat itu dia akan datang mengikuti rapat, tapi aku patahkan sendiri harapan itu, karena sebelum-sebelumnya tidak pernah datang dalam kegiatan organisasi lalu apa yang akan membuat dia datang kali ini, sepertinya tidak ada. Jadi aku santai masuk ke dalam ruang rapat, para purna mulai berdatangan dan tanpa disangka orang yang selama ini hanya bisa aku lihat wajahnya melalui media sosial akhirnya bisa aku lihat langsung. Bagaimana perasaanku saat itu, begitu antusias tapi harus berusaha menyembunyikan ekspresi senang itu saat melihatnya. Pandanganku selalu berusaha ke arahnya tapi lagi-lagi aku harus menahannya. Dia membuat manusia ini kehilangan setengah kesadarannya, antara fokus rapat atau fokus melihat wajahnya, karena aku tahu mungkin kesempatan ini tidak akan pernah datang lagi.
Rapat akhirnya selesai, aku dan temanku pergi ke mushola untuk istirahat dan beribadah. Setelah itu aku berdiri dekat tembok, aku bisa melihat wajahnya lagi saat itu, melihat senyumnya, matanya. Kemudian aku putuskan untuk menceritakan tentang orang yang selama ini aku cari pada teman dekatku. Sambil melihatnya dari kejauhan, aku coba membuka suara. Belum juga aku keluarkan satu kata, teman dekatku tiba-tiba bercerita sambil menunjuk kearah dia (orang yang selama ini aku cari) "mas itu katanya suka sama aku" dia cerita panjang lebar, sedangkan aku cuma bisa terdiam. Seperti ada suara bip panjang ditelinga. Aku yang awalnya happy dan bernyali untuk cerita kembali surut ketika mendengar cerita temanku. Aku bisa paham jika dia memiliki perhatian lebih pada temanku, karena mereka satu organisasi dan temanku memang begitu cantik. Semakin tidak percaya diri untuk mendekatinya, karena dia sudah punya seseorang yang dia suka yaitu teman dekatku. Ini bukan patah yang pertama kalinya, bahkan aku belum mengenalnya secara pribadi tapi sudah dipatahkan lebih dulu. Mungkin keputusan untuk berhenti mencarinya saat itu adalah hal yang tepat. Hari itu senang juga sedih secara bersamaan.
Kemudian setelah turun, aku bertemu dengan Mas Febri (leader IBLO) di dekat pintu gerbang, dia menawarkan aku untuk ikut nongkrong bareng. Awalnya aku nolak karena terlalu capek setelah tahu cerita temenku, hanya saja saat itu aku mikir "ini mungkin bisa jadi yang terakhir kali aku bisa lihat dia" dengan alasan itu, aku akhirnya mengiyakan ajakan mas Febri untuk ngopi di daerah jalan Semeru. Tempat ngopi yang cukup ramai dikunjungi saat itu. Ketika akan memasuki area tempat ngopi aku liat dia sedang menunggu seseorang, bahkan saat aku lihat kearahnya langsung, dia tidak melihatku. Hemm.. makin ciutlah aku. Jangankan untuk menyapa, sekedar menganggukkan kepala aja nggak bisa. Masuk ketempat ngopi, kita duduk berkumpul, hanya saja saat itu dia begitu jauh dari tempat aku duduk. Jadi lagi-lagi aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan dan itu sudah lebih dari cukup. Aku nggak bisa terlalu lama ada disana karena terlalu lama melihatnya buat aku juga makin sedih.
Mungkin seperti itu akhir dari my first sight, meskipun tidak bisa mengenalnya lebih dekat secara personal tapi Tuhan udah kasih kesempatan buat aku bisa lihat dia. Aku nggak tahu ini menjadi baik atau malah semakin buruk. Baiknya adalah akhirnya aku bisa lihat dia lagi, buruknya aku jadi tahu siapa orang yang saaat itu ada dihatinya. Bisa jadi aku terlalu terburu-buru untuk menjadikan dia orang yang spesial karena selama ini aku cari, sehingga takabur untuk menjadikan dia orang yang aku inginkan. Hai crush salam kenal dari aku, orang yang selama ini mencarimu.
Bagian Keempat : Fix The Puzzle
Merusak sesuatu yang sudah pernah dihancurkan nggak akan bisa membuat segalanya jadi sama seperti dulu sekalipun telah diperbaiki berkali-ka...
-
Merusak sesuatu yang sudah pernah dihancurkan nggak akan bisa membuat segalanya jadi sama seperti dulu sekalipun telah diperbaiki berkali-ka...
-
Manusia memang unik dengan segala pemikiran, perasaan yang mereka miliki, dan semesta sebagai saksi sekaligus penentu alur kisah. Perasaan y...
-
Bagaimana caramu menjelaskan tentang seseorang yang begitu istimewa. Seperti apa rasanya pandangan pertama ? lalu pertanyaan apalagi berikut...